Niat menjadi pondasi kesuksesan
untuk menjalani suatu profesi, termasuk mengajar. Niat menjadi bagian terdalam
dari pribadi seseorang menggerakkannya untuk melakukan atau berhenti dari suatu
pekerjaan. Seorang guru dengan pakaian lengkap seragam resmi belum tentu
menunjukkan niatnya yang kuat sebagai guru (walaupun penampilan juga menjadi
salah satu indikator niat). Saya pernah membaca di internet bagaimana seorang
peraih nobel yang mendedikasikan dirinya pada ilmu dan pengajarannya ternyata
penampilannya sangat nyantai.
Apakah kita benar-benar menyadari
niat yang mengeram di sudut terdalam hati kita sendiri? Pengalaman saya sendiri
menunjukkan terkadang kita kurang menyadari (memikirkan) niat dari seluruh
aktivitas tersebut. Hal inilah yang nampaknya menjadi salah satu jargon salah
satu guru terbesar sepanjang sejarah, Socrates, untuk mengenali diri kita
sendiri sebagai suatu pengetahuan paling puncak. Pengetahuan akan diri yang
baik akan membawa kita pada perubahan besar untuk pribadi ataupun masyarakat.
Kita harus secara sengaja
meluangkan waktu untuk mendeteksi niat-niat yang kita miliki sebelum
benar-benar terjun dalam dunia pengajaran. Apa sebenarnya alasan yang melandasi
pilihan kita untuk menjadi seorang guru? Bisa jadi terdapat alasan ideal, namun
pastinya juga ada alasan-alasan pamrih individual. Kita coba untuk jujur pada
diri sendiri. Apakah stok niat kita cukup kuat bagi kita untuk bertahan lama
sebagai seorang guru? Jika meragukan maka sebaiknya kita mengevaluasi kembali
apa keinginan kita.
Jika kita hidup di daerah pesisir maka tentu saja kita harus mempertanyakan kembali mengapa kita ingin menjadi guru di daerah yang kondisi pendidikannya kurang berkembang ini? Di tengah masyarakat yang berorientasi pada kerja di tengah lautan atau tambak-tambak sepanjang hari (bersama anak-anak mereka) sanggupkah kita menjadi sosok guru yang sabar sekaligus ulet dalam memberi semangat belajar anak-anak kita nantinya? Berat. Oleh karena itu niat di awal harus benar-benar kuat.
Namun motif dapat berubah dan
dibentuk melalui suatu perenungan yang sadar. Tentu saja membutuhkan waktu,
keseriusan dan masukan dari berbagai pihak. Kita coba untuk sharing dengan
guru-guru yang telah mengenyam banyak pengalaman di dunia pengajaran. Apa saja
hikmah-hikmah dari pengalaman mereka, kita dapat internalisasi untuk membentuk
niat kita. Mempelajari berbagai efek positif guru bagi perkembangan masyarakat
juga dapat menjadi bahan bakar untuk semanagat kita.
Apapun pilihan kita, kesadaran
untuk bercermin dan menjenguk motif terdapam yang bercokol di relung hati kita
adalah yang terbaik. Mudah-mudahan dengan itu kita dapat terlahir menjadi guru
profesional harapan masyarakat.
(Habibi Bk / Sumenep, Oktober
2014)
